Sastra Djendra 2
Raja yang baru diwisuda adalah Raja Danaraja, menggantikan ayahandanya yang seleh keprabon – dengan sukarela turun tahta.
Yang baru saja turun tahta adalah Wisrawa, sewaktu memerintah dia termasuk raja yang brilian, pandai, bijak, adil, sehingga seluruh negeri dan kawula merasa hidup berkecukupan, tentram dan sejahtera.Selain itu, dia adalah raja yang mampu melindungi rakyat dan negerinya. Segala perintahnya selalu diturut oleh punggawa dan kawula negeri.
Sudah cukup lama dia memerintah, keadaan negeri makmur dan stabil. Dia juga sudah mempersiapkan penggantinya, yang tak lain adalah putra kandungnya sendiri, yang juga menguasai ilmu pemerintahan dengan baik dan selalu bersikap korekt dalam bekerja dan dalam pergaulan.
Sebenarnya, Wisrawa belum begitu tua, dia masih termasuk paruh baya. Tetapi dia sudah merasa cukup mengenyam kehidupan duniawi yang sukses. Sebagai raja dia banyak terlibat dalam urusan negara sehari-harinya dan meskipun penguasa diapun mesti mengikuti aturan protokoler kerajaan, sehingga dia merasa tidak bebas.
Dia ingin hidup yang lebih merdeka, dia ingin menjadi kawula biasa, supaya bisa pergi dengan bebas kemanapun. Dia bukannya mau jadi tukang kluyuran, tetapi dia telah berketetapan hati untuk mendalami kehidupan spiritual, istilah yang dipakai waktu itu adalah mau jumeneng pandhito – menjadi seorang pendeta.Dihari tuanya, dia ingin membersihkan jalan kehidupannya dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Tuhan dan mengamalkan pengetahuan spiritualnya kepada sesama mahluk Tuhan yang terpanggil.Sebenarnya kawruh sejati-pengetahuan spiritual Wisrawa sudah tinggi, dia adalah salah satu manusia yang sudah tergembleng jiwanya, sudah mengetahui hidup sejati, sudah menguasai Sastra Jendra. Oleh karena itu dia sangat bijak dalam memerintah.
Sebelum memasuki hidup sebagai pendeta, dia harus masih menyelesaikan tugas terakhir kerajaan.
Danaraja, putranya yang telah menjadi raja belum punya pendamping, belum punya permaisuri, meskipun umurnya sudah mendekati seperempat abad.Memang Danaraja pada waktu mudanya termasuk pemuda yang alim, banyak belajar, banyak bekerja.
Wisrawa berbicara serius dengan Danaraja dan memberi saran supaya Danaraja segera menikah dan punya permaisuri. Selain tidak baik bagi seorang raja hidup sendirian, juga demi suksesi masa depan.
Danaraja ternyata tidak punya rencana apapun untuk menikah, dia belum punya calon. Wisrawa yang waskita mengusulkan supaya putranya melamar putri raja Alengkadiraja, Dewi Sukesi yang kondang cantik jelita dan baik hatinya.Untuk itu Danaraja menurut kepada nasihat ayahandanya yang sangat dihormatinya dan dia percaya pilihan ayahnya tentu tidak keliru.
Sesuai dengan ketentuan saat itu, lamaran raja haruslah diwakili oleh seorang delegasi yang ditunjuk oleh raja.Raja tak pelak lagi mempercayai ayahnya untuk melaksanakan lamaran, selain itu Wisrawa juga kenal baik dengan Prabu Sumali, ayah Sukesi. Diharapkan segalanya berjalan lancar dan lamaran diterima, lalu terjadi perkawinan agung antara Raja Danaraja dengan Dewi Sukesi.
Dengan sopan, Wisrawa sebagai utusan Raja Lokapala, Danaraja menghadap Prabu Sumali, ayah Dewi Sukesi.Maksudnya hanya satu, yaitu melamar Dewi Sukesi supaya mau menjadi istri dan permaisuri dari Danaraja.
Prabu Sumali sebagai orang yang waskita , mengerti bahwa Wisrawa adalah juga orang waskita.
Oleh karena itu, dia menjawab Wisrawa dengan bahasa yang sopan dan langsung menyangkut intinya.Dengan ringkas dikatakannya bahwa Dewi Sukesi akan menerima pelamar yang sudah menguasai Sastra Jendra, kalau belum ,lebih baik jangan melamar.
Dengan rendah hati Wisrawa mengatakan kalau dia sudah menguasai Sastra Jendra dan hal ini sebenarnya juga sudah diketahui oleh Prabu Sumali.
Sebagai syarat formal dan ini ketentuan dari Dewi Sukesi, pelamar yang mengaku sudah menguasai Sastra Jendra harus membuktikannya langsung kepada Dewi Sukesi dengan cara memberi wedaran- uraian dari pengetahuan itu. Karena ini menyangkut pengetahuan piningit- termasuk rahasia dewa, maka wejangannya tidak boleh didengar oleh siapapun. Wisrawa menurut apa yang ditentukan, supaya pinangan anaknya bisa diterima. Lebih cepat lebih baik.
wejangan satra jendra pun segera dimulai ditempat yang tersembunyi diruangan tertutup
Wejangan dilakukan disuatu tempat.khusus diistana, yang tidak bisa
didengar dan dilihat orang. Yang ada hanya Wisrawa dengan Sukesi,
dua-duanya duduk bersila berhadapan dilantai yang digelari permadani.dan
ditaburi harumnya bunga melati serta bau dupa yang harum dan selaras
dengan ritme wejangan sang wisrawa yang membawakannya dengan lembut
penuh perasaan.
Pada mulanya, wejangan berjalan sangat serius, dengan menggunakan lantunan kalimat yang enak dengan suara lirih. Wisrawa berkata dengan hati-hati supaya tidak salah, Sukesi mendengarkan dengan cermat. Uraian terus berlanjut, kadang-kadang Sukesi menyela dengan bertanya. Wisrawa tahu dari caranya dan pertanyaan yang diajukan oleh Sukesi sebenarnya Sukesi sudah tahu Sastra Jendra.
Lama-lama, kekakuan dalam komunikasi lenyap, lalu menjadi lebih luwes, terkadang diselingi senyuman dan saling curi pandang.disertai aliran darah yang merona diwajah Sukesi kadang-kadang mendesah lirih bila wejangannya menai hatinya
Sukesi mulai mengagumi pria yang berbicara dengan sopan, manis dan berbobot, yang duduk dihadapannya.Logat bicaranya amat menarik, gerakan tubuh, bibir ,sorot matanya dan tangannya lebih mempertegas uraian yang diberikan dengan jelas.Dari pandangan-pandangan sekilas yang diarahkan kewajahnya, tak pelak lagi pria ini ganteng sekali pikir Sukesi.Belum pernah sebelumnya Sukesi bertemu dengan pria yang pintar dan sekaligus tampan seperti ini.perasaannya mulai bercampur baur disertai dengan derunya asmara
alunan dendang cinta pun bersambut ,Wisrawa dalam hati memuji Sukesi. “Waduh-waduh, putri raja yang dihadapkanku ini cantik luar biasa , sorot matanya indah , pandang tak jemu lah dan lagi luas wawasannya dan pandai sekali” Mula-mula dia masih berpikir bahwa Sukesi sangat cocok untuk menjadi permaisuri putranya,. Oleh karena itu, hatinya senang dan dia banyak tersenyum supaya lamaran bagi anaknya disetujui oleh Sukesi.Meskipun, kadang-kadang pikirannya mulai melenceng membayangkan belaian tanganya lembut di kulit yang halus: “Ah, belum pernah aku ketemu perawan secantik ini, wajahnya bercahaya lembut, tubuhnya indah, tutur kata indah dan menarik bagai intan permata.Oh alangkah bahagianya bila aku bisa membelainya”..Tapi dalam sekejap ,Wisrawa mampu menepis goda pikir itu dan kembali rasional kepada misi yang diembannya.
Penguraian Sastra Jendra baru pada tahapan pembuka, keduanya mulai lebih banyak berkomunikasi, lebih bebas bicaranya.. Entah bagaimana mulanya, kedua pihak saling tertarik. Rasa saling tertarik merasuk dalam kedalam hati pria dan wanita yang hanya berdua ditempat sepi.
Keduanya dirasuki kobaran nafsu asmara yang menggelora. Tidak ada lagi basa basi, ewuh pakewuh-rintangan sopan santun dan tata susila, atas nama asmara ,segalanya bisa dilakukan.
Hanya sejenak bertemu dan berkenalan, Wisrawa dan Dewi Sukesi cepat larut dalam pelayaran memadu kasih yang meledak-ledak, kenikmatan nafsu yang tak terkendali. Mereka secepat kilat terlibat dalam Love Affairs- hubungan cinta antara seorang calon mertua dengan seorang calon menantu.
Nafsu yang lepas kendali, telah berhasil mengalahkan pikiran jernih. lupa akan jati dirinya dan misi yang di embannya dan terjadilah olah asmara yang indah bak dunia ini milik kita berdua
Pada mulanya, wejangan berjalan sangat serius, dengan menggunakan lantunan kalimat yang enak dengan suara lirih. Wisrawa berkata dengan hati-hati supaya tidak salah, Sukesi mendengarkan dengan cermat. Uraian terus berlanjut, kadang-kadang Sukesi menyela dengan bertanya. Wisrawa tahu dari caranya dan pertanyaan yang diajukan oleh Sukesi sebenarnya Sukesi sudah tahu Sastra Jendra.
Lama-lama, kekakuan dalam komunikasi lenyap, lalu menjadi lebih luwes, terkadang diselingi senyuman dan saling curi pandang.disertai aliran darah yang merona diwajah Sukesi kadang-kadang mendesah lirih bila wejangannya menai hatinya
Sukesi mulai mengagumi pria yang berbicara dengan sopan, manis dan berbobot, yang duduk dihadapannya.Logat bicaranya amat menarik, gerakan tubuh, bibir ,sorot matanya dan tangannya lebih mempertegas uraian yang diberikan dengan jelas.Dari pandangan-pandangan sekilas yang diarahkan kewajahnya, tak pelak lagi pria ini ganteng sekali pikir Sukesi.Belum pernah sebelumnya Sukesi bertemu dengan pria yang pintar dan sekaligus tampan seperti ini.perasaannya mulai bercampur baur disertai dengan derunya asmara
alunan dendang cinta pun bersambut ,Wisrawa dalam hati memuji Sukesi. “Waduh-waduh, putri raja yang dihadapkanku ini cantik luar biasa , sorot matanya indah , pandang tak jemu lah dan lagi luas wawasannya dan pandai sekali” Mula-mula dia masih berpikir bahwa Sukesi sangat cocok untuk menjadi permaisuri putranya,. Oleh karena itu, hatinya senang dan dia banyak tersenyum supaya lamaran bagi anaknya disetujui oleh Sukesi.Meskipun, kadang-kadang pikirannya mulai melenceng membayangkan belaian tanganya lembut di kulit yang halus: “Ah, belum pernah aku ketemu perawan secantik ini, wajahnya bercahaya lembut, tubuhnya indah, tutur kata indah dan menarik bagai intan permata.Oh alangkah bahagianya bila aku bisa membelainya”..Tapi dalam sekejap ,Wisrawa mampu menepis goda pikir itu dan kembali rasional kepada misi yang diembannya.
Penguraian Sastra Jendra baru pada tahapan pembuka, keduanya mulai lebih banyak berkomunikasi, lebih bebas bicaranya.. Entah bagaimana mulanya, kedua pihak saling tertarik. Rasa saling tertarik merasuk dalam kedalam hati pria dan wanita yang hanya berdua ditempat sepi.
Keduanya dirasuki kobaran nafsu asmara yang menggelora. Tidak ada lagi basa basi, ewuh pakewuh-rintangan sopan santun dan tata susila, atas nama asmara ,segalanya bisa dilakukan.
Hanya sejenak bertemu dan berkenalan, Wisrawa dan Dewi Sukesi cepat larut dalam pelayaran memadu kasih yang meledak-ledak, kenikmatan nafsu yang tak terkendali. Mereka secepat kilat terlibat dalam Love Affairs- hubungan cinta antara seorang calon mertua dengan seorang calon menantu.
Nafsu yang lepas kendali, telah berhasil mengalahkan pikiran jernih. lupa akan jati dirinya dan misi yang di embannya dan terjadilah olah asmara yang indah bak dunia ini milik kita berdua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar